Enzim
Carbonic anhidrase, salah satu ilustrasi enzim (via wikimedia.org) |
Enzim adalah protein yang dapat mempercepat reaksi metabolisme. Kerja enzim ini mirip dengan katalis, zat kimia yang mempercepat reaksi yang pada akhir reaksi akan diperoleh kembali dalam bentuk semula. Oleh karena itu, enzim disebut juga biokatalisator. Enzim mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi (energi aktivasi) yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Tanpa adanya enzim, reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh akan berlangsung sangat lama.
Oleh karena enzim terbuat dari protein, setiap
enzim memiliki bentuk tiga dimensi yang unik. Zat yang akan dikatalis
oleh enzim disebut substrat. Substrat akan berikatan dengan enzim pada
daerah yang disebut sisi aktif. Zat baru yang terbentuk dari hasil
katalisasi enzim disebut produk. Sisi aktif pada enzim hanya dapat
berikatan dengan substrat tertentu. Oleh karena itu, enzim bekerja
secara spesifik dan satu jenis enzim hanya akan terlibat dalam satu
jenis reaksi saja.
Struktur Enzim
Enzim
utuh disebut holoenzim. Enzim tersusun atas dua bagian, yaitu: 1)
Apoenzim merupakan bagian protein dari enzim dan bersifat tidak tahan
panas (termolabil). 2) Gugus prostetik merupakan bagian nonprotein dari
enzim dan bersifat tahan panas. Jika gugus prostetik berupa molekul
anorganik, seperti logam seng dan besi, disebut kofaktor. Adapun jika
berupa molekul organik, seperti vitamin B1, B2, dan NAD+ (ion
Nicotinamide Adenine Dinucleotide) disebut koenzim.
Sifat Enzim
Enzim memiliki beberapa sifat khas, di antaranya selektif, spesifik, efisien, sebagai biokatalisator, dan merupakan protein.
1)
Selektif Enzim bersifat selektif karena hanya dapat bekerja pada
substrat tertentu. Namun, selain substratnya, enzim dapat juga berikatan
dengan zat penghambat (inhibitor). Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut
pada pembahasan berikutnya.
2)
Spesifik Enzim bersifat spesifik karena enzim hanya dapat mengkatalisis
reaksi tertentu. Satu jenis enzim hanya bekerja untuk satu jenis
reaksi.
3) Efisien
Dengan adanya enzim yang bersifat sebagai katalis, energi aktivasi suatu
reaksi dapat diturunkan. Hal tersebut memudahkan reaksi dan menghemat
energi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi.
4)
Biokatalisator Oleh karena enzim bersifat sebagai katalis, enzim tidak
akan mengalami perubahan bentuk. Oleh karena itu, enzim dapat digunakan
berkali-kali tanpa mengalami kerusakan.
5)
Seperti protein Oleh karena enzim terbuat dari protein, enzim
dipengaruhi oleh hal- hal yang berpengaruh terhadap protein. Enzim dapat
dipengaruhi oleh suhu, pH, dan adanya logam berat, sehingga enzim dapat
mengalami denaturasi (perubahan bentuk, struktur, dan sifat).
Cara Kerja Enzim
Terdapat
dua teori yang menjelaskan cara kerja enzim. Teori lock and key (kunci
dan anak kunci) yang dikemukakan oleh Emil Fischer, serta Teori induced
fit (induksi pas) yang dikemukakan oleh Daniel Kashland.
Teori Lock and Key
Menurut
teori ini, cara kerja enzim mirip dengan mekanisme kunci dan anak
kunci. Enzim diibaratkan sebagai kunci gembok yang memiliki sisi aktif.
Substrat diibaratkan sebagai anak kuncinya. Substrat memasuki sisi aktif
enzim seperti anak kunci memasuki kunci gembok. Substrat tersebut,
kemudian diubah menjadi produk. Produk ini kemudian dilepaskan dari sisi
aktif dan enzim siap menerima substrat baru (Gambar 2.3).
Teori Induced Fit
Berdasarkan
Teori Induced Fit, enzim melakukan penyesuaian bentuk untuk berikatan
dengan substrat. Hal ini bertujuan meningkatkan kecocokan dengan
substrat dan membuat ikatan enzim substrat lebih reaktif. Molekul enzim
memiliki sisi aktif tempat melekatnya substrat dan terbentuklah molekul
kompleks enzim-substrat. Pengikatan substrat menginduksi penyesuaian
pada enzim yang meningkatkan kecocokan dan mendorong molekul kompleks
enzim-substrat berada dalam keadaan yang lebih reaktif. Molekul enzim
kembali ke bentuk semula setelah produk dihasilkan.
Faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim
Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi kerja enzim. Faktor- faktor tersebut
erat kaitannya dengan sifat enzim sebagai protein. Faktor- faktor
tersebut di antaranya suhu, derajat keasaman (pH), hasil akhir produk,
konsentrasi enzim dan substrat, serta zat penghambat.
1) Suhu
Enzim
terbuat dari protein sehingga enzim dipengaruhi oleh suhu. Suhu
memengaruhi gerak molekul. Pada suhu optimal, tumbukan antara enzim dan
substrat terjadi pada kecepatan yang paling tinggi. Pada suhu jauh di
atas suhu optimal menyebabkan enzim terdenaturasi, mengubah bentuk,
struktur, dan fungsinya. Pada suhu jauh di bawah suhu optimal, misalnya
pada 0°C, enzim tidak aktif. Enzim pada manusia bekerja optimal pada
35–40°C. Mendekati suhu normal tubuh. Adapun bakteri yang hidup di air
panas memiliki enzim yang bekerja optimal pada 70°C.
2) Derajat keasaman (pH)
Seperti
protein, enzim juga bekerja dipengaruhi oleh derajat keasaman
lingkungan. Derajat keasaman optimal bagi kerja enzim umumnya mendekati
pH netral, sekitar 6–8. Di luar rentang tersebut, kerja enzim dapat
terganggu bahkan dapat terdenaturasi.
3) Hasil akhir (produk)
Jika
sel menghasilkan produk lebih banyak daripada yang dibutuhkan, produk
yang berlebih tersebut dapat menghambat kerja enzim. Hal ini dikenal
dengan feedback inhibitor. Jika produk yang berlebih habis digunakan,
kerja enzim akan kembali normal. Mekanisme ini sangat penting dalam
proses metabolisme, yaitu mencegah sel menghabiskan sumber molekul yang
berguna menjadi produk yang tidak dibutuhkan.
4) Konsentrasi enzim
Pada
rekasi dengan konsentrasi enzim yang jauh lebih sedikit daripada
substrat, penambahan enzim akan meningkatkan laju reaksi. Peningkatan
laju reaksi ini terjadi secara linier. Akan tetapi, jika konsentrasi
enzim dan substrat sudah seimbang, laju reaksi akan relatif konstan.
5) Konsenstrasi substrat
Penambahan
konsentrsi substrat pada reaksi yang dikatalisis oleh enzim awalnya
akan meningkatkan laju reaksi. Akan tetapi, setelah konsentrasi substrat
dinaikkan lebih lanjut, laju reaksi akan mencapai titik jenuh dan tidak
bertambah lagi. Setelah mencapai titik jenuh, penambahan kembali
konsentrasi substrat tidak berpengaruh terhadap laju reaksi.
Pada
keadaan laju reaksi jenuh oleh konsentrasi substrat, penambahan
konsentrasi enzim dapat meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju
reaksi oleh peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan laju reaksi
hingga terbentuk titik jenuh baru.
6) Zat Penghambat
Kerja
enzim dapat dihambat oleh zat penghambat atau inhibitor. Terdapat dua
jenis inhibitor, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
a) Inhibitor kompetitif
Inhibitor
kompetitif menghambat kerja enzim dengan cara berikatan dengan enzim
pada sisi aktifnya. Oleh karena itu, inhibitor ini bersaing dengan
substrat menempati sisi aktif enzim. Hal ini terjadi karena inhibitor
memiliki struktur yang mirip dengan substrat. Enzim yang telah berikatan
dengan inhibitor tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai
biokatalisator.
b) Inhibitor nonkompetitif
Berbeda
dengan inhibitor kompetitif, inhibitor nonkompetitif tidak bersaing
dengan substrat untuk berikatan dengan enzim. Inhibitor jenis ini akan
berikatan dengan enzim pada sisi yang berbeda (bukan sisi aktif). Jika
telah terjadi ikatan enzim-inhibitor, sisi aktif enzim akan berubah
sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Banyak ion logam
berat bekerja sebagai inhibitor nonkompetitif, misalnya Ag+, Hg2+, dan
Pb2+.
Penggolongan (Klasifikasi) enzim
1. Hidrolase
Hidrolase
merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan
air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu :
A. Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat.
Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal :
- Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida).
- Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa
- Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa
- Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa
- Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi selobiosa ( suatu disakarida)
- Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.
B. Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.
Contoh-contohnya :
- Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak
- Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.
C. Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan protein.
Contoh-contohnya:
- Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino
- Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
- Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
D. Oksidase dan reduktase, yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi dan reduksi. Enzim Oksidase dibagi lagi menjadi;
a. Dehidrogenase : enzim ini memegang peranan penting dalam mengubah zat-zat organik menjadi hasil-hasil oksidasi.
b. Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
E. Desmolase, yaitu enzim-enzim yang memutuskan ikatan-ikatan C-C, C-N dan beberapa ikatan lainnya.
Enzim
juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan endoenzim berdasarkan tempat
kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya.Eksoenzim ialah enzim
yang aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang aktivitasnya
didalam sel.
Selain
eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim
induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh
sel tanpa peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif
(enzim adaptif) ialah enzim yang dibentuk karena adanya rangsangan
substrat atau senyawa tertentu yang lain. Misalnya pembentukan enzim
beta-galaktosida pada escherichia coli yang diinduksi oleh laktosa
sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat menginduksi
enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa.
Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak
disintesis, tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa
atau melibiosa.
Nomenklatur dan klasifikasi enzim
Enzim
diberi nama dengan tambahan -ase dibelakangnya (tidak semua
enzim),misalkan enzim maltase,lipase dan karboksilase. Berdasarkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu reaksi maka enzim dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan:
1.Golongan
Hidrolase,yaitu enzim yang dengan penambahan air (adanya air) dapat
mengubah suatu substrat menjadi hasil akhir.Misalnya
karboksilase,protease dan lipase.
2.Golongan
Desmolase,yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau
C-N.Contohnya enzim-enzim peroksidase,dehidrogenase,katalase dan
karboksilase.
Dengan
berkembangnya ilmu genetika dan dilakukannya percobaan di bidang ini,
dapat dibuktikan bahwa pembentukan enzim/kelompok enzim diatur oleh
gen/kelompok gen dalam kromosom. George Breadle dan Edward Tatum
mendapat hadiah nobel tahun 1958 dalam menemukan gen-gen pengendali
sintesis protein dan enzim yang disimpulkan dalam suatu teori “one
gene,one enzym”.
Fermentasi
Respirasi
anaerob adalah proses respirasi yang tidak memerlukan oksigen. Salah
satu contoh proses ini adalah proses fermentasi. Respirasi anaerob dapat
terjadi pada manusia dan hewan jika tubuh memerlukan energi secara
cepat. Pada mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, respirasi anaerob
dilakukan karena keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan dan belum
memiliki sistem metabolisme yang kompleks. Pada tahap glikolisis,
glukosa dapat dipecah untuk menghasilkan total 2 ATP dan tidak
memerlukan oksigen. Meskipun energi yang dihasilkannya jauh lebih kecil
daripada respirasi aerob, jumlah ini cukup bagi mikroorganisme dan
energi awal bagi hewan. Selain menghasilkan ATP, glikolisis juga
menghasilkan NADH dan NAD+. Tanpa suplai NAD+ yang memadai, proses
glikolisis pada respirasi anaerob dapat terhenti. Oleh karena itu,
organisme yang melakukan respirasi anaerob harus mampu mengoksidasi NADH
menjadi NAD+ kembali. Berdasarkan hal tersebut terdapat dua cara
respirasi anaerob yang dilakukan organisme.
Fermentasi alkohol
Beberapa
organisme seperti khamir (Saccharomyces cereviceace) melakukan
fermentasi alkohol. Organisme ini mengubah glukosa melalui fermentasi
menjadi alkohol (etanol).
Proses
fermentasi alkohol diawali dengan pemecahan satu molekul glukosa
menjadi dua molekul asam piruvat. Pada proses tersebut, dibentuk juga 2
ATP dan 2 NADH. Setiap asam piruvat diubah menjadi asetildehid dengan
membebaskan CO2. Asetildehid diubah menjadi etanol dan NADH diubah
menjadi NAD+ untuk selanjutnya digunakan dalam glikolisis kembali.
Fermentasi alkohol merupakan jenis fermentasi yang banyak digunakan
manusia selama ribuan tahun dalam pengolahan bahan makanan. Khamir
banyak digunakan dalam pembuatan roti dan minuman beralkohol.
Fermentasi Asam Laktat
Sama
halnya dengan fermentasi alkohol, fermentasi asam laktat dimulai dengan
tahap glikolisis. Fermentasi asam laktat dilakukan oleh sel otot dan
beberapa sel lainnya, serta beberapa bakteri asam laktat. Pada otot,
proses ini dapat menyediakan energi yang dibutuhkan secara cepat. Akan
tetapi, penumpukan asam laktat berlebih dapat menyebabkan otot lelah.
Asam laktat berlebih dibawa darah menuju hati untuk diubah kembali
menjadi asam piruvat. Industri susu menggunakan fermentasi asam laktat
oleh bakteri untuk membuat keju dan yoghurt. Glukosa akan dipecah
menjadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis, membentuk 2 ATP dan 2
NADH. NADH diubah kembali menjadi NAD+ saat pembentukan asam laktat
dari asam piruvat. Fermentasi asam laktat tidak menghasilkan CO2,
seperti halnya fermentasi alkohol.
PENUTUP
Kesimpulan
Enzim merupakan protein yang dapat mempercepat reaksi metabolisme. Enzim memiliki struktur dan fungsi yang khas.
Fermentasi
merupakan salah satu jenis respirasi anaerob. Fermentasi biasa
dilakukan oleh mikroorganisme dan menghasilkan etanol maupun asam
laktat.
Enzim dan
fermentasi memiliki hubungan, yaitu : Proses fermentasi dapat berjalan
dengan cepat karena dikatalisis oleh Enzim. Tanpa enzim, fermentasi
dapat terjadi namun akan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Saran
Untuk
memahami enzim, fermentasi, dan hubungan antara keduanya, dibutuhkan
ketelatenan dalam membaca dan memahami materi-materi dari sumber
keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain). Selain itu, enzim dan
fermentasi ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengaplikasikan
pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari. Selain bermanfaat, kita
akan semakin paham dan hafal tentang enzim dan fermentasi.
RUJUKAN
Firmansyah, Rikky dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 3 : untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Lampiran
Berikut
ini merupakan daftar pertanyaan yang diajukan audiens dalam Presentasi
Enzim dan Fermentasi Kelompok 4 pada Sabtu, 6 September 2014 bertempat
Ruang Kelas XII IPA 2 SMA Cimahi:
1. Apakah enzim berperan sendiri?
Jawaban
: Enzim memiliki sifat spesifik, artinya satu substrat hanya dapat
dikatalisis oleh satu enzim saja. Maka dari itu, enzim dapat bekerja
sendiri tanpa zat lain. Namun tentu enzim dapat bekerja jika kondisi
seperti pH, suhu dan kondisi lainnya memungkinkan baginya untuk bekerja.
2. Bagaimana ikatan kovalen di enzim?
Jawaban : Ikatan kovalen di enzim sama seperti molekul lainnya yang berikatan kovalen. Contohnya adalah enzim selulase.
3. Apakah pengaruh suhu terhadap enzim?
Jawaban
: Enzim dapat bekerja pada 3 bagian suhu., yaitu : 1. Suhu Maksimal
yaitu suhu tertinggi yang masih memungkinkan enzim dapat bekerja. 2.
Suhu Minimal yaitu suhu terendah yang masih memungkinkan enzim dapat
bekerja. Dan Suhu Optimum yaitu suhu yang meungkinkan enzim bekerja
secara optimal. Suhu yang terlampau tinggi akan merusak enzim/ enzim
mengalami denaturasi. Suhu yang terlampau rendah akan menonaktifkan
enzim, dalam artian enzim dapat kembali bekerja jika suhu sudah tidak
terlampau rendah lagi.
Dalam sesi ini tidak ada audiens yang memberi saran, kritikan ataupun komentar.
Komentar
Posting Komentar